Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Hiburan, Seni dan Budaya

Sound of Borobudur for Kids, Cara Relief Candi Mengenalkan Musik Dunia ke Anak-Anak

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy

20 - Dec - 2025, 10:44

Placeholder
Trie Utami, artis sekaligus budayawan yang menjadi salah satu inisiator Sound of Borobudur. (Foto: ist)

JATIMTIMES - Candi Borobudur selama ini dikenal sebagai mahakarya arsitektur dan spiritual dunia. Namun, di balik relief batunya yang megah, tersimpan jejak lain yang tak kalah penting, yakni warisan peradaban musik. 

Relief-relief Borobudur bukan hanya merekam kisah moral dan perjalanan hidup manusia, tetapi juga menyimpan gambaran tentang alat musik yang dimainkan leluhur Nusantara ribuan tahun silam.

Baca Juga : Lirik Lagu Tunggal Eka Denny Caknan, Hadiah Ulang Tahun untuk Bella Bonita 

Kesadaran inilah yang diangkat melalui program Sound of Borobudur for Kids, sebuah inisiatif edukasi yang diperkenalkan gerakan Sound of Borobudur. Program ini resmi diluncurkan pada Kamis (18/12/2025) melalui penayangan video edukasi perdana di kanal YouTube Sound of Borobudur.

Dr. Redy Eko Prastyo, dosen Universitas Brawijaya yang juga seniman dan budayawan. (Foto: ist)

Dr Redy Eko Prastyo, dosen Universitas Brawijaya yang juga seniman dan budayawan. (Foto: ist)

Video tersebut dirancang khusus untuk anak-anak, dengan pendekatan cerita imajinatif, visual ramah, serta dukungan teknologi artificial intelligence (AI). Anak-anak diajak melihat relief Candi Borobudur sebagai “buku cerita raksasa” yang memuat ribuan gambar, termasuk adegan manusia masa lalu yang sedang memainkan alat musik, seolah membentuk kelompok musik dari peradaban kuno.

Apa yang disampaikan dalam video ini bukan sekadar cerita fiksi. Berdasarkan riset Sound of Borobudur, terdapat lebih dari 200 relief alat musik berbeda yang terpahat di dinding Candi Borobudur. Jumlah ini menjadikannya sebagai situs dengan dokumentasi visual alat musik terbanyak di dunia.

Relief-relief Borobudur menyimpan gambaran tentang alat musik yang dimainkan leluhur Nusantara ribuan tahun silam. (Foto: ist)

Relief-relief Borobudur menyimpan gambaran tentang alat musik yang dimainkan leluhur Nusantara ribuan tahun silam. (Foto: ist)

Menariknya, sebagian besar alat musik yang dipahat sekitar 1.300 tahun lalu tersebut hingga kini masih dapat ditemukan dan dimainkan di 38 provinsi di Indonesia, bahkan di lebih dari 40 negara di berbagai benua, dengan tingkat kemiripan yang tinggi. 

Fakta ini memperkuat pandangan bahwa Borobudur pada masanya bukan hanya pusat spiritual, tetapi juga simpul penting peradaban musik dunia.

“Borobudur bukan monumen yang bisu,” ujar Trie Utami, artis sekaligus budayawan yang menjadi salah satu inisiator Sound of Borobudur. 

“Relief-relief itu menyimpan memori bunyi. Dari sanalah kita tahu bahwa leluhur kita memiliki peradaban musikal yang sangat maju.” tambahnya.

Relief-relief Borobudur menyimpan gambaran tentang alat musik yang dimainkan leluhur Nusantara ribuan tahun silam. (Foto: ist)

Relief-relief Borobudur menyimpan gambaran tentang alat musik yang dimainkan leluhur Nusantara ribuan tahun silam. (Foto: ist)

Gerakan Sound of Borobudur sendiri lahir pada 2016. Inisiatif ini digagas oleh Trie Utami bersama Rully Fabrian, Dr Redy Eko Prastyo, Bachtiar Djanan, serta almarhum KRMT Indro Kimpling Suseno. Dalam perkembangannya, gerakan ini dinaungi Yayasan Padma Sada Svargantara yang diketuai Purwa Tjaraka.

Langkah awal mereka dimulai dengan merekonstruksi tiga alat musik dawai yang tergambar pada relief Karmawibhangga. Dari sana, riset berkembang ke berbagai panel relief alat musik lainnya di Borobudur.

Baca Juga : Rapor sebagai Cermin Proses: Kepala MTsN 1 Kota Malang Tekankan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Relief-relief tersebut tidak hanya dibaca sebagai gambar, tetapi ditafsirkan secara ikonografis dan organologis. Material kayu dipilih, bentuk disesuaikan dengan pahatan, senar dipasang, hingga alat musik yang “tertidur” selama berabad-abad kembali bersuara.

Alat-alat musik hasil rekonstruksi ini kemudian dimainkan oleh para musisi. Sejumlah seniman lintas generasi dan genre terlibat, termasuk gitaris Dewa Budjana, yang mengeksplorasi bunyi alat-alat musik tersebut bersama para seniman lainnya. 

Menurut  Redy Eko Prastyo, dosen Universitas Brawijaya yang juga seniman dan budayawan, bunyi-bunyi itu bukan sekadar nostalgia masa lalu. “Ketika alat-alat musik itu dimainkan hari ini, kita tidak sedang menghidupkan nostalgia,” kata Redy. “Kita sedang membangun jembatan pengetahuan antara peradaban lama dan generasi sekarang.” imbuhnya. 

Hasil riset Sound of Borobudur telah dipresentasikan dalam berbagai seminar nasional dan konferensi internasional pada 2021. Dari forum-forum tersebut muncul gagasan untuk memperluas edukasi kepada publik yang lebih luas, termasuk anak-anak sebagai generasi penerus.

Dalam program Sound of Borobudur for Kids, teknologi AI dimanfaatkan untuk mengolah visual, suara, dan narasi agar mudah dipahami anak-anak. Pendekatan ini dipilih agar warisan budaya terasa dekat dengan kehidupan generasi digital. “Anak-anak hari ini hidup di dunia teknologi,” ujar  Redy.

“Maka warisan budaya harus disampaikan dengan bahasa zamannya, tanpa kehilangan kedalaman makna.” tambahnya.

Adapun program ini melibatkan civitas akademika Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya, dengan Dr. Redy sebagai pengembang utama materi Sound of Borobudur ke dalam kemasan edukasi berbasis AI.

Selain video edukasi, Sound of Borobudur juga tengah menyiapkan peluncuran buku Sound of Borobudur. Buku ini disusun bekerja sama dengan Universitas Brawijaya dan akan diterbitkan oleh Intrans Publishing. Isinya merangkum hasil riset relief, proses rekonstruksi alat musik, hingga refleksi kebudayaan Sound of Borobudur dalam konteks global.

Trie Utami menilai pengenalan warisan ini penting dilakukan sejak dini. “Kalau sejak kecil anak-anak tahu bahwa leluhurnya adalah bagian dari sejarah musik dunia, rasa bangga itu akan tumbuh dengan sendirinya,” katanya.

Melalui Sound of Borobudur for Kids, Borobudur tak lagi hadir semata sebagai destinasi wisata atau monumen sejarah. Boronudur juga bisa menjadi perpustakaan musik raksasa yang terukir di atas batu, berbicara lintas zaman kepada generasi masa depan.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Sound of Borobudur for Kids Candi Borobudur musik dunia anak-anak



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Bangkalan Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Yunan Helmy

Hiburan, Seni dan Budaya

Artikel terkait di Hiburan, Seni dan Budaya